DISIPLIN WAKTU PEKERJA LEPAS

Bekerja sebagai pekerja lepas itu gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Misalnya sebagai penerjemah lepas (freelance translator). Sekilas kelihatan enak karena sepertinya mereka bekerja tidak terikat waktu dan bisa bekerja di mana saja dan kapan saja. Tetapi benarkah demikian? Tidak selalu demikian, lho. Sebab kalau tidak disiplin waktu justru hal itu bisa menjadi bumerang dan membuat kita kalang kabut. Saya sendiri pernah beberapa kali mengalaminya. Ketika menerjemahkan  sebuah buku misalnya, saya diberi waktu 2 bulan. Waktu 2 bulan tampaknya panjang, kan? Tetapi ketika salah mengatur waktu, mimpi buruklah yang terjadi. Saya keteteran saat itu dan terpaksa begadang beberapa malam untuk mengejar tenggat waktu yang telah disepakati. Setelah itu, teparlah saya.

Belajar dari pengalaman tersebut, saya kemudian berusaha lebih ketat dan cermat dalam mengatur waktu kerja. Juga betul-betul memperhitungkan tenggat yang diberikan oleh klien. Seandainya saya merasa tenggat tersebut terlalu mepet, saya akan berusaha melakukan negosiasi.  Misalnya saya ada proyek terjemahan 10.000 kata dengan tenggat waktu 20 hari kerja di luar Sabtu, Minggu dan tanggal merah, maka, saya akan targetkan pekerjaan itu selesai dalam 10 hari. Jadi setiap hari saya harus bisa menyelesaikan minimal 1000 kata.

Lalu, ketika ada sesuatu hal yang menyebabkan saya tidak bisa memenuhi target 1000 kata per hari, maka saya harus mengganti hari tersebut dengan mengambil salah satu hari libur, bisa hari Sabtu atau hari Minggu.  Hal itu bisa saja terjadi, misalnya karena saya harus menghadiri upacara adat atau acara keluarga yang tidak bisa ditinggal. Begitu seterusnya, setiap kali ada kendala yang menyebabkan saya tidak bisa memenuhi target, maka saya akan ganti dengan salah satu hari libur.

Apa  yang saya terapkan ini sangat membantu. Saya malah bisa menyelesaikan semuanya sebelum batas waktu yang saya tetapkan. Hal ini menyebabkan saya punya waktu cukup panjang untuk melakukan penyuntingan. Dan, saya merasa sangat nyaman bekerja dengan cara ini. Semenjak itu, saya tidak pernah lagi keteteran. Malah saya selalu punya waktu yang tersisa dari tenggat waktu yang saya sepakati dengan klien.

Ternyata, kuncinya ada pada kedisiplinan kita sendiri.