Serunya Jadi Pekerja Lepas
Jumat malam pekan lalu, tanggal 3 April yang bertepatan dengan Purnama Kadasa, saya berada di kampung dan baru saja selesai mengikuti upacara adat Odalan di Merajan di kampung. Sebelum tidur, saya membuka inbox siapa tahu ada pesan penting. Benar saja, seorang teman penerjemah mengirim pesan, yang isinya mengatakan hendak minta jasa proofreading. Jumlah katanya tidak banyak, hanya 2000 kata dan diharapkan bisa selesai hari Senin.
Sebelum membalas saya berpikir sejenak. Saya akan balik ke Denpasar pada Sabtu sore setelah selesainya upacara enam-bulanan (otonan) salah satu cucu saya (cucu keponakan). Jadi, kalau hanya 2000 kata dan selesai hari Senin, saya masih bisa tangani. Saya pun menyanggupinya.
Sabtu petang saya balik ke Denpasar. Di tengah perjalanan ada SMS masuk dari klien buku biografi yang sedang saya garap. Isinya, klien saya bilang bahwa beliau akan datang bulan depan untuk mendiskusikan beberapa hal setelah me-review tulisan saya. Saya memang sudah mengirim beberapa bab tulisan buku biografi tersebut untuk di-review. Pertimbangan saya, sambil menunggu hasil review-nya, saya bisa lanjut menulis bab-bab berikutnya. Beliau minta maaf karena agak lama melakukan review yang disebabkan oleh kesibukannya di museum lukisan milik keluarganya, plus beberapa acara adat di desanya. Tentu saya sangat memakluminya.
Satu lagi, beliau juga bilang, saat datang ke rumah nanti akan sekalian mengajak seorang temannya yang pelukis, yang hendak membuat beberapa tulisan tentang lukisan-lukisannya. Artinya, saya akan punya calon klien baru.
Kami sampai di Denpasar hampir tengah malam. Bersamaan dengan itu masuk sebuah pesan inbox dari teman penerjemah tersebut yang mengatakan bahwa file sudah dikirim via email. Saya ngantuk bin capek dan tak ingin begadang lagi. Takut tepar lagi. Maka, saya putuskan untuk membuka email esok paginya.
Minggu pagi saya terbangun dalam keadaan segar karena sudah dapat tidur pulas. Setelah membuat sarapan untuk keluarga dan mengerjakan beberapa pekerjaan rutin, saya mulai bekerja, buka email dan mengunduh file yang harus saya proof. Ternyata bukan 2000 kata tapi 3500-an kata. Dalam emailnya, teman saya itu memang meralatnya bahwa jumlah katanya bukan 2000 tapi 3500 sekian. Tidak apa-apalah karena materinya sangat mengasyikkan! Wah, beruntungnya saya, kerja iya, nambah pengetahuan iya. 😀
Minggu siang, saya kirim pesan inbox ke pemilik terjemahan dan mengatakan bahwa pekerjaan saya sudah sampai di pertengahan. Maksudnya, agar beliau tenang bahwa Senin pagi pekerjaan pasti beres. Pesan saya langsung dibalas, yang isinya:
“Kalau begitu, apa masih bisa tambah file lagi?”
Wah!
Singkat cerita, akhirnya saya dapat tambahan lagi 3500-an kata dan boleh diselesaikan Senin malam. Baiklah, tak masalah. Saya bisa alokasikan waktu sampai Senin untuk menyelesaikan proofreading ini. Pekerjaan yang lain bisa saya ambil di hari berikutnya.
Akhirnyaaaa, Senin menjelang petang pekerjaan pun selesai sudah. Setelah itu, saya bisa lanjut menulis kelanjutan buku biografinya.
Itulah seni dan serunya seorang pekerja lepas. Pekerjaan yang datang tak kenal waktu dan jam. Seni kan? 😀
Tapi ada satu hal yang tak bisa saya lakukan yaitu menerima pekerjaan dengan tenggat waktu hanya beberapa jam, seberapa kecil pun pekerjaan itu. Tenggat waktu minimal yang saya minta adalah 24 jam. Bukan apa-apa. Saya hanya tahu diri dengan kemampuan dan situasi saya. Bagaimana pun, kepentingan anak tetap di atas segalanya. Yang saya khawatirkan adalah, bila saya menerima pekerjaan dengan tenggat waktu 2-3 jam, kemudian dalam waktu yang bersamaan anak saya membutuhkan saya karena satu hal, pekerjaan saya pasti keteteran. Dan itu jelas akan mengecewakan klien, buntutnya bisa jadi klien tak akan percayai saya lagi.
Jadi, saya tahu dirilah dalam menerima pekerjaan. 🙂