Menghadiri Rapat Pertama HPI Komda Bali Tahun 2014
Kemarin, Sabtu, 25 Januari, saya menghadiri pertemuan pengurus HPI Komda Bali dengan para anggota penuh HPI Bali. Acara ini bertempat di Warung Be Yeh Pasih, Renon. Agenda utamanya adalah selain bersilaturahmi dengan sesama anggota juga membicarakan beberapa rencana program kerja HPI Komda Bali. Juga membicarakan beberapa hal sehubungan dengan HUT I Komda HPI Bali yang jatuh pada tanggal 20 April 2014.
Bagi saya pribadi ada ‘prestasi’ khusus yang saya capai kemarin, yaitu: bisa mencapai tempat acara zonder nyasar! Saya merasa hebat! 😀 Masalahnya, saya punya ‘penyakit’ selalu nyasar setiap mencari tempat atau alamat baru. Memang saya cukup familiar dengan daerah Renon, tapi masalahnya Renon itu luas dan kebetulan saya tidak pernah melewati atau tidak pernah melintasi jalur lokasi ini.
Begitu mendapat pemberitahuan via email bahwa acara akan dilaksanakan di Warung Be Yeh Pasih, Renon, saya langsung mencari tahu di mana kira-kira tempat ini. Memang di email disebutkan alamat lengkapnya, nama jalan dan nomornya, tapi itu tidak menjamin saya tidak akan nyasar, selama saya tidak ada bayangan tentang daerah tersebut.
Mulailah saya bertanya, baik lewat email (reply all) ke semua calon peserta barangkali ada yang bisa memberi tahu saya ciri-ciri yang mudah dikenali untuk mencapai tempat tersebut. Pak Rudi membalas email saya dan memberi rute untuk mencapai tempat itu. Saya masih blank, karena semua tempat yang dipakai penanda dalam penjelasannya itu satu pun tidak saya kenal (kasihan banget saya, ya).
Akhirnya, saya nge-chat Windy dan dari apa yang disampaikan saya bisa menangkap dengan terang-benderang. Beberapa saat kemudian ada email masuk dari Mbak Fey menjawab pertanyaan saya. Penjelasan Mbak Fey memperjelas jawaban Windy. Yesss! Saya sudah sangat yakin. Kuncinya ada di Bunderan Renon. Penjelasan yang diberikan sudah sedemikian jelas dan kali ini saya punya keyakinan kuat tidak akan nyasar. Mbak Fey yang baik hati ini juga menawarkan diri untuk menjemput saya, sekiranya saya benar-benar nyasar, saya bisa telpon Mbak Fey dan sebutkan posisi ada di mana. Matur suksma atas kebaikan hatimu, Mbak. <3
Walau demikian, saya masih was-was juga. Jadi, saya berencana mengajak anak saya, setidaknya, kalau nyasar, ada orang yang saya ajak ‘mepeitungan’. Tapi ternyata dia ada acara di kampusnya, ya… sutralah. Saya berangkat lebih awal karena memperhitungkan seandainya nyasar, saya tidak akan telat-telat amat, masih punya waktu untuk keliling-keliling. 😀
Saya pun berangkat dengan pede dan semua penjelasan dari Mbak Fey dan Windy tersimpan kuat di ingatan. Ternyataaaa, saya bisa menemukan tempat itu dengan amat mudah! Akibatnya? Saya sudah berada di tempat empatpuluh lima menit lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Acara akan dimulai pukul 15.30, saya sudah di tempat pukul 14.45! Waaaa, rajin amat! Tapi saya juga sudah memperhitungkan kemungkinan ini, jadi, saya sudah siap sedia sebuah buku untuk bekal menunggu.
Iseng-iseng saya coba menelpon Mbak Fey. Ketika saya bilang bahwa saya sudah di tempat, Mbak Fey kaget dan berseru: “Pagi sekaliiii!” Tapi beliau sudah mengerti apa sebabnya saya tiba ‘kepagian’. Akhirnya, Mbak Fey bersedia datang lebih awal karena mengasihani saya sendirian di tempat. Saya pun ada teman menunggu. 😀
Beberapa saat kemudian, satu per satu teman-teman mulai berdatangan. Ada sepuluh orang yang hadir yaitu: Bapak Rudi, Mbak Rosalina (sang ketua), Mas Arif Bagus Prasetyo, Windy, Mbak Dian Wijayanti, Mbak Fey Mokongita, Mbak Vera, Arya dan Ayu Winastri. Sesaat kemudian acara dimulai. Tiba-tiba seseorang nyeletuk: ‘Eh, yang kemarin nanya alamat dan takut nyasar itu udah datang belum, ya?” Teman-teman yang lain langsung ngakak dan semua menunjuk saya. Saya hanya meringis. Sebentar kemudian datang Mbak Dian (yang datang agak terlambat), setelah cipika-cipiki juga berujar: “Oh, Mbak Desak udah nyampe di sini, tumben ngga nyasar, Mbak,” diikuti oleh derai tawa teman-teman yang lain. Sekali lagi saya hanya bisa tertawa (tepatnya, menertawakan diri sendiri).
Acara terus berlanjut membahas agenda satu demi satu. Suasana begitu akrab dan penuh kekeluargaan. Sayangnya, saya harus pulang lebih awal. Hari itu kebetulan ada arisan keluarga besar yang dimulai pukul 18.00. Dengan berat hati saya harus pamit lebih awal karena kakak ipar sudah menelpon dan SMS berkali-kali mengingatkan saya agar hadir di arisan. Tapi yang jelas saya tidak melewatkan acara utamanya. 😀
Luh Windiari
January 27, 2014 @ 3:48 pm
Wuah terima kasih tulisannya Mbok Desak 😀
Desak Pusparini
January 27, 2014 @ 5:45 pm
Sama-sama, Windy. Terima kasih juga sudah mampir ke sini :*