Proyek “Minta Tolong”
Seminggu yang lalu ada kerabat minta tolong saya untuk menyunting tesisnya. Sudah beberapa kali saya menyunting tesis dan sebenarnya saya menyukai pekerjaan ini. Karena selama menyunting, secara tidak langsung saya menyerap isi dari tesis tersebut dan selalu ada pengetahuan yang bisa saya ambil. Tetapi yang jadi masalah adalah: waktu. Kenapa ya, si pemilik tesis selalu memberikan tenggat waktu yang sangat mepet? Dan kenapa pula saya tidak bisa menolaknya, padahal di waktu yang bersamaan saya sedang mengerjakan terjemahan yang harus segera diselesaikan sesuai janji saya. Sebenarnya, saya sangat ingin menolak atau minimal minta tenggat waktu yang lebih panjang, tetapi ternyata situasi tidak memungkinkan. Si pemilik tesis yang baru saja selesai ujian tesis dan sudah dinyatakan lulus, namun ada beberapa perbaikan terutama sekali dalam tata penulisannya. Saat itu dia datang hari Senin, dan hari Rabu berikutnya adalah pendaftaran terakhir untuk wisuda. Sedangkan persyaratan untuk wisuda adalah harus menyertakan tesis yang sudah diperbaiki.
Saya bilang, kenapa mendadak? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja sehingga saya punya waktu yang cukup? Dia bilang, dia sudah berusaha memperbaiki sendiri, tetapi ternyata kurang memuaskan sang dosen pembimbing. Akhirnya, karena kepepet dia mencari saya. Dia pernah mendengar dari beberapa temannya bahwa tesis yang saya sunting hampir semuanya lolos dari penilaian dosen pembimbing. Bisa jadi hanya kebetulan, atau gaya penulisan saya cocok dengan selera sang dosen. Saya masih berusaha menawar waktu, karena untuk menolak saya tidak sanggup. Tetapi dengan pandangan memelas dan penuh permintaan tolong, dia bilang, waktu tidak bisa diundur, atau dia terpaksa tidak bisa ikut wisuda periode ini dan harus menunggu periode berikutnya lagi sekian bulan. Untuk itulah dia minta tolong dengan amat sangat. Si pemilik tesis, seorang ibu, guru SMA, kalau menunggu periode berikutnya berarti dia harus bayar SPP lagi disamping rugi waktu.
Akhir kata, saya pun tidak bisa berkata-kata lagi. Saya selalu tidak sanggup menolak permintaan tolong orang yang betul-betul butuh. Saya merasa jadi orang jahat ketika menolak orang yang butuh bantuan. Si pemilik menunggui saya kerja. Saya berusaha fokus dan bertekad untuk langsung menyelesaikannya malam itu. Karena esoknya, saya harus fokus ke terjemahan supaya selesai tepat waktu karena sudah berjanji sebelumnya. Tepat pukul dua subuh, pekerjaan saya selesai. Saya melihat betapa leganya ibu itu. Saya walaupun capek, tapi ikut senang melihat wajahnya yang lega.