Kapan Terbitnya?
Siang itu saya sedang menyiapkan beberapa buku pesanan seseorang, ketika seorang tetangga saya berkunjung ke rumah untuk suatu keperluan. Beliau seorang Guru Besar di Universitas Udayana, ahli budaya dan sejarah. Melihat tumpukan buku di atas meja, beliau bertanya.
“Buku napi niki?” Tanyanya dalam Bahasa Bali halus.
“Buku Sabda Palon, Pak.”
“Sabda Palon? Fiksi? Atau buku Sabda Palon beneran?”
“Niki novel sejarah yang berlatar belakang Kerajaan Majapahit.”
“Tyang tahu tentang Sabda Palon. Apakah buku ini menceritakan Sabda Palon yang sebenarnya? Siapa penulisnya? Apa referensinya? Apakah si penulis punya sumber-sumber yang cukup kuat untuk mendukung tulisannya? Dari mana si penulis mendapatkan semua data-data ini?”
Waduh, saya dihujani berbagai pertanyaan oleh Pak Profesor ini. Saya pun berusaha menjelaskan sebisa mungkin, siapa penulisnya, apa referensinya dan lainnya yang bisa saya jawab. Untunglah saya pernah membaca apa dan siapa Mas Damar Shasangka, sang penulis, sehingga jawaban saya cukup memuaskan beliau.
Saya kenal cukup baik dengan Bapak Profesor ini, selain bertetangga juga karena kami sama-sama duduk di sebuah yayasan sehingga sering berinteraksi sehubungan dengan yayasan ini. Beliau salah satu Pembina di yayasan tersebut dan saya salah satu pengurus yayasan sebagai Sekretaris.
Setelah menghujani saya dengan berbagai pertanyaan seputar buku Sabda Palon (SP) ini, beliau minta satu, yang seri pertama. Saya bisa mengerti kenapa beliau begitu detail bertanya tentang buku ini karena Sabda Palon memang tokoh yang amat lekat di masyarakat Bali. Saya sendiri sudah mendengar cerita tentang Sabda Palon sejak SD dari kakek saya. Singkat cerita, beliau pun pamit dengan membawa sebuah buku.
*****
Beberapa hari kemudian, beliau datang lagi dan mengatakan bahwa sudah selesai membaca buku SP 1 tersebut. Wah, cepet sekali membacanya?
“Buku ini ada berapa seri?” Tanyanya.
“Yang ada sekarang sampai tiga seri, Pak. Tapi rencananya akan ada lima seri.”
“Sekarang tyang mau beli yang seri 2, nanti seri 3 tyang beli setelah selesai membaca yang seri 2.”
“Nggih, Pak.”
*****
Empat hari kemudian Bapak ini datang lagi. Minta yang seri 3. Sambil mengambil SP 3, beliau bertanya.
“Kapan kira-kira terbit yang seri keempat?”
“Kalau tidak salah, rencananya bulan November tahun ini, Pak.”
“Nanti kalau sudah datang, tolong sisihkan untuk tyang satu.”
“Nggih, Pak.”
*****
Akhir bulan lalu, tepatnya tanggal 30 Juli 2013, ketika ada rapat yayasan, saya bertemu Pak Profesor ini, dan beliau menanyakan buku SP 4.
“Belum terbit, Pak. Kan rencananya bulan November,” kata saya sambil tersenyum.
“Tyang ingin segera membaca sampai seri terakhir,” jawab beliau.
Iya, Bapak, seri keempat aja belum terbit, apalagi seri terakhir, kata saya, dalam hati tentu saja. 😀
Belakangan saya mengerti, rupanya beliau tidak sabar untuk segera mengetahui ending-nya, apakah sama dengan yang beliau ketahui selama ini.
Oh, sabar, nggih, ending-nya dijamin tidak mengecewakan (dalam hati lagi, tentu saja) 😉