BAHASA BALI HALUS
Belakangan ini makin banyak klien yang membutuhkan jasa terjemahan untuk pasangan English-Balinese (v.v). Tapi sejujurnya, kalau boleh memilih, saya lebih memilih pasangan English-Indonesian. Kenapa? Karena bisa lebih cepat menyelesaikannya, lebih banyak referensinya kalau pas ketemu frasa-frasa sulit. Kalau Bahasa Bali, apalagi yang Bahasa Bali halus, perlu waktu lebih lama dalam mencari padanan kata-kata. Tentu bisa dipahami, karena selama ini saya lebih banyak mengerjakan terjemahan pasangan English-Indonesian.
Untuk menguasai sebuah bahasa dengan baik, bahasa apa pun itu, memang harus banyak membaca plus menulis dalam bahasa tersebut. Karena itulah belakangan ini saya berusaha meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca artikel-artikel dalam Bahasa Bali. Malu juga, orang Bali kok kurang lancar berbahasa Bali. 😛
Pernah ada sebuah kejadian yang sungguh membuat saya tak enak hati. Suatu hari ada penerjemah senior yang menawarkan pekerjaan terjemahan Balinese-English (transkripsi). Karena saat itu saya sedang ada kerjaan, maka saya alihkan kepada seorang teman yang jago Bahasa Bali. Sebut saja namanya Mr. X. Dia bukan hanya jago Bahasa Bali dalam huruf latin, tetapi juga menguasai aksara Bali. Saya persilakan dia berhubungan langsung dengan sang senior. Saya lanjut dengan pekerjaan saya.
Hingga suatu hari, tiba-tiba Mr. X nge-chat saya di WA.
“Mbak Desak, saya minta maaf sudah bikin kecewa.”
“Kenapaa?”
“Saya tidak bisa memenuhi deadline yang saya janjikan pada temannya Mbak Desak. Ketika saya mencoba download lagi materinya, link itu sudah expired.”
Saya lemas.
“Mbak, saya benar-benar minta maaf karena sudah membuat nama Mbak Desak jadi tercemar karena saya.”
“Kira-kira kendalanya apa, ya?”
Saya agak penasaran apa yang menjadi kendalanya, karena sebelumnya saya pernah kerja sama dengan dia dan pekerjaannya baik-baik saja juga tepat waktu.
“Saya kurang memperhitungkan waktu yang saya butuhkan untuk mendengarkan file wawancara itu. Ada banyak bagian yang kurang jelas sehingga saya perlu dengar berulang-ulang. Akibatnya, saya keteteran dalam waktu pengerjaannya.”
Dia mengulangi permintaan maafnya. Bertubi-tubi. Saya bisa merasakan perasaannya yang benar-benar merasa bersalah.
Feeling saya bilang, sebentar lagi saya akan menerima email dari rekan pemberi kerja itu. Saya sudah menyiapkan mental. Benar saja, beberapa menit kemudian ada email masuk dari sang senior . Walaupun sudah menyiapkan mental, tak urung saya deg-degan yang bikin tubuh saya lemas.
Emailnya singkat dan jelas tapi itu cukup membuat saya merasa tertampar.
“Makasih atas sarannya dengan Mas X, Tapi sorry dia gak profesional, Mbak. Kalau dia gak sanggup harusnya bilang. Tapi terima kasih.”
Jantung saya seperti tersiram air es. Apa yang bisa saya bilang selain minta maaf? Saya sangat memaklumi kekecewaannya. Bagi penerjemah, deadline itu bagai harga mati. Berhari-hari saya kepikiran dan menyesali kejadian itu.
Yaah, semoga ke depannya hal seperti itu tak terulang lagi.
Nah, dalam rangka menambah bacaan yang berbahasa Bali, saya browsing di internet dan ketemulah blog Suara Saking Bali dan blog Alit Joule yang sepenuhnya berbahasa Bali. Ada puisi, ada cerita pendek juga esai. Silakan yang mau baca-baca. Keren!