Status Keren!
Hari ini, tanggal 28 Oktober 2011 di jejaring sosial Facebook ada banyak status tentang Hari Sumpah Pemuda. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah status dari Gramedia Pustaka Utama yaitu: “Bisa berbahasa asing itu keren, tapi bisa berbahasa Indonesia dengan baik & benar itu lebih keren! Selamat Hari Sumpah Pemuda”.
Harus diakui bahwa banyak di antara kita yang masih kurang bagus dalam pemakaian Bahasa Indonesia, bahkan seorang dosen (maaf) tidak luput dari kekurangan ini. Seperti yang saya alami beberapa hari yang lalu, ketika mengedit tulisan seorang teman, yang juga seorang dosen. Teman saya ini, seorang ibu yang hampir sebaya dengan saya, minta tolong agar saya menyunting tulisannya. Dulu, saya juga pernah membantu menyunting tesisnya dan beberapa makalahnya sebelum dipresentasikan. Dan anehnya, kesalahan yang sama terjadi lagi.
Seperti biasa, sebelum memulai menyunting secara mendetail terlebih dahulu saya membaca secara global dari awal sampai akhir. Rasanya mau menangis ketika melihat tulisannya. Betapa tidak, amat banyak kesalahan-kesalahan mendasar yang seharusnya tidak perlu terjadi. Si ibu ini sepertinya tidak bisa membedakan penggunaan “di” sebagai awalan atau sebagai penunjuk tempat. Hampir semuanya salah. Penggunaan tanda titik dan koma yang disambung saja dengan kata berikutnya. Penulisan titel kesarjanaan juga salah semua, begitu juga penggunaan huruf kapital. Bisa dibayangkan, betapa kacaunya tulisan ini.
Saya sempat bingung mesti mulai dari mana, mood saya sempat hilang. Ada rasa kecewa karena tulisan ini dibuat oleh seorang dosen, bukan oleh siswa SD atau SMP. Harus diakui anak saya yang duduk di bangku SMA, jauh lebih tertib bahasanya dari pada si ibu ini. Sambil menatap layar komputer dengan nanar, tangan kiri menyangga dagu dan tangan kanan memainkan mouse untuk menggulung layar naik turun. Sungguh acak kadut. Berkali-kali saya menarik napas panjang. Akhirnya, komputer saya tinggal sebentar, membuat kopi, untuk menyegarkan otak.
Saya bukan ahli bahasa, sama sekali bukan dan juga tidak jago bahasa. Tapi… kesalahan-kesalahan yang terjadi ini bukan kesalahan kecil, tapi sangat mendasar. Saya ingat, sebelumnya sempat ngobrol dengan Mas Ivan Lanin di YM dengan topik ini. Ternyata Mas Ivan sendiri juga mengalami hal yang sama ketika dimintai tolong mengoreksi draft tesis tiga temannya, banyak terjadi kesalahan-kesalahan yang senada seperti yang saya alami.
Terbersit pertanyaan, kira-kira apa sebabnya kesalahan-kesalahan “besar” ini bisa terjadi pada orang-orang yang bukan “orang kebanyakan?” Apakah karena mereka kurang peduli dengan Bahasa Indonesia atau menganggap kurang penting, yang terpenting adalah materi atau isi dari tulisan itu?
Ketika saya menanyakan hal ini, Mas Ivan menjawab: “Entahlah, Mbak. Saya tidak ingin menghakimi. Saya hanya ingin mengubah keadaan” 🙂
Iya iya iya, tentu saja, saya juga tidak ingin menghakimi, karena saya bukan “hakim bahasa”, hehehe. Saya hanyalah orang yang suka dengan bahasa, dan tidak tertutup kemungkinan saya melakukan banyak kesalahan juga 😀