Menghantui Setiap Perempuan
Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi seorang ibu yang baru divonis terkena kanker payudara. Usia ibu ini (sebut saja bernama Ibu X) sekitar 60-an tahun. Sepintas kelihatan sehat, tapi siapa sangka ada sel kanker ganas di payudaranya, bahkan sudah sampai pada stadium 3.
Saat saya berkujung ke rumahnya, Ibu X baru keluar dari rumah sakit dan melanjutkan perawatan dari rumah. Ada beberapa tahap pengobatan yang harus dilaluinya. Kami pun ngobrol seputar penyakitnya. Dia bercerita, sekitar 27 tahun yang lalu, dia pernah melakukan biopsi karena ada benjolan di payudaranya. Hasil biopsi menunjukkan tumor jinak. Setelah melakukan beberapa pengobatan, si ibu dinyatakan sembuh. Dan, tak dinyana… puluhan tahun berlalu, payudara yang dulu terdapat benjolan dan dinyatakan sudah sembuh itu, sekarang terkena kanker… ganas pula. 🙁
Dari percakapan kami, dapat saya simpulkan, kita harus ekstra waspada apalagi yang sudah pernah ada masalah di payudara. Bisa saja hari ini kelihatan sembuh, tapi sekian tahun kemudian, penyakit itu muncul lagi dalam bentuknya yang lebih ganas.
Selama ini saya sering membaca berita atau mendengar tentang penderita kanker payudara tetapi belum pernah bertemu atau mengenal langsung penderitanya. Sampai kemudian akhir tahun lalu, seorang kerabat dekat meninggal karena kanker payudara setelah menjalani pengobatan selama hampir 3 tahun. Satu payudaranya sudah diangkat, kemudian menjalani kemoterapi, kemudian radiasi. Ketika saya mengunjunginya, dia sempat menunjukkan areal di sekitar ketiak dan dada atasnya yang menghitam karena terbakar saat menjalani penyinaran. Dia cerita, saat disinar… sungguh tak terkatakan sakit dan panasnya. Dada saya seperti teriris mendengar ceritanya, walaupun dia menceritakannya dengan gaya ceria. Orangnya cantik dan memang periang.
Saat bertemu terakhir kali saya mengira kerabat ini akan sembuh total, karena setelah menjalani berbagai pengobatan, dia kelihatan sehat. Rambutnya yang tadinya habis karena rontok, sudah tumbuh kembali. Tetapi siapa sangka, kankernya ternyata sudah menyebar ke hampir seluruh organ tubuhnya. Bermetastasis, yaitu situasi di mana beberapa sel kanker melepaskan diri dari tumor utama, masuk ke pembuluh darah, kemudian ikut bersirkulasi dalam aliran darah, dan tumbuh di jaringan normal yang jauh dari tumor asalnya. Levernya juga kena. Mungkin saja kondisi levernya sudah kurang bagus karena harus bekerja keras untuk menetralisir efek samping obat-obatan yang dikonsumsinya. Akhirnya, dia tak kuat lagi menanggung penderitaannya karena kanker ganas telah menguasai hampir seluruh organ tubuhnya. Dia berpulang dalam usia yang relatif muda, 55 tahun. Sedang cantik-cantiknya. 🙁
Kasus kedua, ibu dari sahabat anak saya, juga baru meninggal kurang lebih sebulan lalu karena kanker payudara. Ceritanya nyaris sama dengan kerabat saya di atas. Satu payudara sudah diangkat. Setelah sekian lama, ternyata tumbuh di organ lain, dioperasi lagi. Kemoterapi juga. Terakhir ternyata sudah sampai di otak. Kanker ganas juga. Anak saya yang beberapa kali sempat bezuk, setiap pulang bezuk, wajahnya muram. Sedih banget dia melihat kondisi fisik ibu temannya itu. Setelah sekian lama, setelah beberapa kali keluar masuk RS, akhirnya si ibu menyerah. Tak kuat lagi menanggungnya. Sama seperti kerabat saya, sel kanker telah menguasai tubuhnya. 🙁
Di salah satu artikel di Wikipedia, ada tertulis “Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif dengan obat herbal kanker payudara.” Tampaknya ini untuk kasus ketika obat-obatan kimia tak lagi bisa mengatasinya.
Tentu yang terbaik adalah dengan melakukan pencegahan primer. Preventif jauh lebih bagus dari kuratif, bukan? Bagi kita yang masih sehat, harus berupaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Makanan yang berimbang, jangan terlalu banyak makan daging. Tetapi, seringkali kita tidak bisa menghindari dari kemungkinan terpapar zat karsinogen, yaitu zat yang memicu pertumbuhan sel kanker dan bahkan bisa langsung merusak DNA. Zat itu ada di sekitar kita, bahkan bisa dibilang kita dikepung oleh zat-zat tersebut yang bisa berupa residu pestisida, zat pengawet makanan, pewarna makanan, plastik, polusi udara oleh asap kendaraan bermotor, dan masih banyak lagi. Untuk jelasnya kita bisa cari di internet dengan kata kunci karsinogen.
Jadi, tidak ada salahnya, kalau kita mulai mengkonsumsi herbal yang mampu menekan pertumbuhan sel kanker. Yang mampu menetralisir zat-zat yang bersifat karsinogenik yang tak mungkin bisa kita hindari 100%. Kita tidak harus menunggu terkena kanker dulu baru memulai mengkonsumsi herbal anti kanker, bukan?
Saya berbagi cerita ini agar kita, para perempuan, makin waspada, karena setiap perempuan berpotensi terkena kanker payudara. Ada banyak artikel tentang kanker yang bisa kita baca. Bagaimana cara melakukan deteksi dini, mengatur pola makan, dan gaya hidup sangat mempengaruhi perkembangan sel kanker. Juga bagi yang punya riwayat kanker di keluarganya, harus ekstra waspada karena kanker berhubungan dengan faktor genetik. Begitu juga bagi yang pernah ada tumor, walaupun dinyatakan jinak, jangan pernah lengah. Karena sekian tahun kemudian, kalau kita tidak menjaga pola makan dan gaya hidup, tumor yang sempat hilang itu akan muncul lagi menjadi lebih ganas, seperti pada kasus ibu X di atas.
*dari berbagai sumber*