MATERI YANG ANEH

Beberapa waktu yang lalu saya dihubungi oleh seseorang dari Kanada yang hendak menerjemahkan sebuah dokumen dari bahasa Bali ke bahasa Inggris.  Yang menarik adalah, materinya agak aneh, alias  lain daripada yang  lain. Seumur-umur tumben saya dapat terjemahan model gini. Ini bukan dokumen biasa. Ini sebuah surat edaran dalam bahasa Bali halus yang ditujukan untuk krama Bali (Hindu), yang isinya tentang himbauan untuk melakukan sebuah ritual yaitu Nangluk Merana.

Ritual ini termasuk ritual tradisional yang dilakukan untuk mengusir berbagai jenis hama di sawah ataupun di tegal (kebun).  Tentu saja dalam surat edaran ini ada banyak istilah-istilah yang amat sulit bahkan nyaris tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris.

Di sinilah saya harus berjibaku menjelaskan apa itu sanggah cucuk, apa itu sajeng asujang sembar, tri katuka, bubuh pirata, tipat kukur, dan masih banyak lagi.

Kebayang kan gimana mengepulnya kepala ini? Inilah seru dan seninya jadi penerjemah. Saya harus berpikir keras untuk membuat terjemahan sebaik mungkin agar mudah dimengerti oleh klien. Alhasil, terjemahan ini jadi banyak footnote-nya.

Untuk lebih memperjelas lagi, saya juga melampirkan beberapa gambar seperti gambar sanggah cucuk, tipat kukur dan sujang agar klien benar-benar paham apa yang saya maksudkan.

Setelah materi di atas, saya menerima lagi terjemahan dari klien yang sama. Kali ini saya harus melakukan transkripsi dari bahasa Bali ke bahasa Inggris. Klien mengirimi saya sebuah video yang berisi percakapan antara seorang penggembala itik dengan dengan temannya.

Tantangannya adalah, suara percakapan mereka kurang jelas dengan dialek yang agak asing bagi saya. Bicara tentang dialek, di Bali ada banyak dialek. Tiap-tiap daerah mempunyai dialek yang berbeda. Walaupun sama-sama menggunakan bahasa Bali tapi tiap daerah mempunyai dialek tersendiri yang sangat khas. Misalnya, dialek orang Tabanan dengan dialek orang dari Karangasem, itu sangat berbeda. Aksen atau tekanan pengucapannya sangat berbeda.

Nah, dialek orang yang ada  dalam video itu benar-benar belum pernah saya dengar.  Untuk bisa mendengar dan memahami dengan baik, saya harus memutar ulang video tersebut entah berapa puluh kali. Di sini juga banyak banget istilah-istilah dalam bahasa Bali yang susaaaah sekali dicari padanannya. Sehingga mau tak mau, saya harus membuat banyak footnote untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut.

Yah, begitulah pekerjaan saya.