Susah Bicara Sama Editor!
Sebuah percakapan yang terjadi sehari sebelum Lebaran, tepatnya 7 Agustus 2013.
A. “Dik, nggak mudik?”
B. “Besok aja, Mbak.”
A. “Besok? Emang nututi? Kan besok Lebaran?”
B. “Iya, besok terbang aja, untuk menghindari macet.”
A. “Terbang? Ngebut? Bahaya itu….”
B. “Kalau ngga terbang, gimana bisa cepet sampai di tempat.”
A. “Ya, udah, besok saya transfer power dan energi supaya bisa mengarungi kemacetan dengan tenang.”
B. “Emang kemacetan bisa dikarungi?”
(Saya bengong sejenak, kemudian ngakak tak tertahan setelah mengerti maksudnya. Kata ‘mengarungi’ di atas diplesetkan menjadi: meng + karung + i (memasukkan ke dalam karung), yang kemudian diubah bentuknya menjadi ‘dikarungi’ (dimasukkan ke dalam karung). Padahal yang saya maksud adalah: meng + arung + i (melintasi/melewati). Sengaja, mau ngerjain saya!)
A. “Susah bicara sama editor! Dasar!”
B. “Pasti bentar lagi ini ditulis jadi status.”
(Ngakak yang kedua kali. Memang, waktu itu saya ingin langsung membuat status di FB tentang hal itu, karena merasa lucu. Tapi berhubung sudah ditebak duluan, niat itu saya batalkan. Gengsi 😀 Setelah lewat sekian hari, baru sekarang saya tuliskan, bukan sebagai status di FB, tapi jadi postingan di blog. So, tebakannya meleset, bukan? Jadi, gengsi masih bisa dipertahankan! LOL!
Selalu ada yang bisa membuat ngakak. 😀