Select Page

 

Beberapa bulan yang lalu, seseorang menghubungi saya di FB:

“Bu, saya ingin dibuatkan review di blog Ibu dan sekalian pasang banner, berapa kira-kira biayanya, Bu? Semoga bisa dan masuk dalam budget saya.”

Cukup kaget juga dan mengira si teman ini hanya bercanda. Apalagi saat itu saya baru kenal, dia baru nge-add saya beberapa hari sebelumnya. Ternyata dia serius. Dia juga bercerita mengenal blog saya di sebuah komunitas. Walaupun baru kenal, tapi tutur bahasanya yang halus dan sopan membuat saya terkesan.

Saya tanya, apa yang mau diiklankan? Kemudian dia bercerita sedikit tentang usahanya. Dari apa yang diceritakannya, saya bisa menarik kesimpulan dia adalah seorang pengusaha muda yang sedang merintis usaha. Jenis usahanya ada beberapa. Dari cara bicaranya saya bisa menilai dia termasuk anak muda yang ulet dan tekun. Dia kemudian menunjukkan beberapa web bisnisnya.

Untuk yang kesekian kalinya dia menanyakan biaya, dan saya belum bisa menjawab. Akhirnya, daripada bingung-bingung, setelah berpikir, saya balik bertanya, dia maunya bayar berapa. Kentara banget saya bukan pebisnis yang baik. Tadinya dia tetap minta harga dari saya. Saya terus terang bilang tidak pengalaman dalam hal ini. Akhirnya, dia mengalah. Dia pun menyebut harga, sekian rupiah untuk banner dan sekian rupiah untuk review yang saya tulis. Soal menulis review, tentu tidak masalah bagi saya, karena menulis adalah hobi saya.

Akhirnya, diputuskanlah berapa yang harus dia bayar yang berlaku untuk satu semester. Semester berikutnya harga akan disesuaikan lagi. Saya manut saja, maklum saya tidak pengalaman, sedangkan dia sudah pengalaman pasang banner berbayar di beberapa tempat.

Ternyataaaa, blog saya ini bisa juga menghasilkan duit, selain sebagai tempat untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan terjemahan saya. Plus sebagai sarana untuk menjalankan hobi menulis. Mulai saat itu, untuk biaya domain/hosting saya tak perlu lagi  mengeluarkan duit dari kantong sendiri. Biaya tersebut sudah lebih dari cukup untuk menghidupi dirinya. Untuk beberapa tahun ke depan malah. Eh, baru ingat, untuk hosting sudah ditanggung oleh adik bungsu saya yang baik hati (yang salah satu pekerjaannya adalah sebagai webmaster). Jadi, saya hanya bayar domain saja. Lumayan ‘kan? Masih ada duit yang tersisa, untuk uang jajan.  😉