Satu Malam Tanpa Internet
Sore itu saya sedang menerjemahkan artikel tentang saham dan transparansi laporan keuangan yang merupakan tugas kuliah, milik teman yang kuliah pascasarjana di jurusan Magister Manajemen. Karena materinya yang lumayan berat (menurut saya), saya perlu riset dan banyak browsing untuk mencari referensi terutama istilah-istilah dalam jual-beli saham dan beberapa istilah keuangan. Saat itu hujan lebat dan sesekali terdengar suara petir yang sayup-sayup. Saya sempat was-was dan berniat mematikan modem. Tapi saat itu saya kebetulan menemukan tautan yang dibutuhkan sehingga modem tidak jadi saya matikan. Ketika sedang asyik membaca isi tautan tersebut, tiba-tiba terdengar suara gelegar petir yang maha dahsyat dan hampir bersamaan dengan itu terdengar suara seperti ledakan berasal dari modem.
Saya kaget dan seketika terloncat dari tempat duduk dan refleks mencabut stop kontak listrik. Saya pakai Speedy dengan modem ADSL, dan saya tahu modem itu sudah mati ketika terdengar suara ledakan tadi. Saya hanya berharap komputer yang sedang saya pakai tidak ikut terbakar. Sekian lama saya tidak berani menyalakan komputer menunggu hujan dan petir mereda. Saya lama tercenung memikirkan pekerjaan saya yang harus segera selesai karena keesokan harinya teman saya itu harus mempresentasikan tugasnya.
Setelah hujan reda saya menelpon langganan tempat saya biasa belanja alat-alat komputer, menanyakan apakah bisa membawakan modem sore itu. Saya sudah memperkirakan jawabannya tapi tetap saja saya mencoba. Benar saja, sore itu (sudah menjelang malam) dia tidak bisa datang dan berjanji akan datang esok pagi dengan membawa modem yang saya minta. Yah, apa boleh buat, saya pun mulai melanjutkan kerja minus internet.
Terbiasa dengan internet, terbiasa juga menggunakan kamus-kamus online, cukup tergantung dengan Kateglo dan milis Bahtera, malam itu saya terpaksa hanya mengandalkan kamus offline. Pekerjaan tidak bisa ditunda karena harus selesai esok pagi. Saya sudah berjanji dan tidak mungkin saya ingkari. Tapi saya masih bersyukur, saya sempat membaca isi tautan tadi dan masih ingat dengan poin-poinnya. Dengan bantuan kamus-kamus yang ada, akhirnya menjelang subuh selesai juga pekerjaan saya.
Sempat terpikir, dulu sebelum ada internet para penerjemah senior bisa menghasilkan terjemahan yang luar biasa. Kenapa saya begitu tergantung dengan internet? Apakah karena terlanjur ‘manja’? Ah, saya kan hanya memanfaatkan teknologi yang ada? Teknologi akan mubazir kalau tidak dimanfaatkan, bukan? 😉 *Membela diri*
Software Akuntansi Laporan Keuangan Terbaik
November 30, -0001 @ 12:00 am
iya neh,,,sy jg blm mencoba 1 hari tanpa internet bagaimana rasanya,,secara dah hampir 8 tahun sy bergulat dengan internet