Penulisan Status Di FB
Selama ini saya berusaha untuk menulis status di FB minimal sehari sekali, walaupun tidak selalu bisa. Tujuan saya untuk melatih kemampuan menulis. Hampir semua status yang saya buat berdasarkan kejadian yang saya alami. Hanya, sering kali saya tidak terlalu memikirkan penulisannya, alias asal nulis apa yang ada di kepala diketikkan begitu saja oleh si tangan. Dan, sungguh tak terduga ketika seorang editor ternyata memperhatikan dan membahas beberapa status saya yang ‘salah’ di mata beliau.
Ini katanya:
Mbak masih sering membubuhkan tanda baca yg tak perlu; karena terpengaruh bahasa cakapan.
Contohnya: “Pernahkah Anda begitu ngantuk tak tertahan, sekaligus begitu laper tak tertahan? “
Tanda koma itu tak perlu, Mbak, cukup: “Pernahkah Anda begitu ngantuk tak tertahan sekaligus begitu laper tak tertahan?”
(Kutipan status saya pada tanggal 12 Okt 2013).
Status berikut yang mendapat komentar adalah :
Melihat tokoh-tokoh ‘penting’ menjadi tahanan KPK dan beritanya tiada henti bermunculan di TV, membuat saya berpikir. –> frasa “tiada henti” itu sudah menunjukkan bahwa kemunculannya sering. jadi tak usah memakai kata “bermunculan”.
Lebih tepatnya begini, Mbak:
Melihat tokoh-tokoh “penting” menjadi tahanan KPK, yang beritanya tiada henti muncul di TV, saya jadi berpikir. –> “yang beritanya tiada henti muncul di TV” menjadi anak kalimat yg disisipkan dalam kalimat majemuk tersebut.
Melihat tokoh-tokoh ‘penting’ menjadi tahanan KPK dan beritanya tiada henti bermunculan di TV, membuat saya berpikir. –> ini pun kurang tepat dalam kaidah dasar SPOK.
Mbak harus cermat memposisikan jabatan2 dalam kata atau frasa; mana yg jadi subjek dan mana yang jadi predikat.
Tokoh-tokoh “penting” yang menjadi tahanan KPK, yang beritanya tiada henti muncul di TV, membuat saya berpikir. –> ini baru pas sesuai kaidah dasar SPOK.
(Kutipan status saya pada tanggal 6 Oktober 2013)
Status berikut ini juga mendapat komentar:
Kini, dengan tampilan baru, walaupun belum sempurna dan masih ada beberapa hal yang harus dibenahi –> Ini nggak ada subjeknya, Mbak.
Bisa diubah seperti ini: Kini laman saya berpenampilan baru, walaupun belum sempurna dan masih ada beberapa hal yang harus dibenahi.
Benar, ini ngga ada subjeknya 🙂 Waktu saya menulis status ini memang tidak memikirkan untuk menuliskan subjeknya, karena status tersebut disertai dengan link blog saya. Jadi, dengan adanya link tersebut konteksnya akan sangat jelas bahwa yang menjadi subjek adalah blog saya. (ngeles dehhh) 😉
(Kutipan status saya pada tanggal 5 Oktober 2013)
——————–
Oh, dear!
Saya sungguh tak pernah menyangka editor saya begitu perhatian dan tidak pelit ilmu sama sekali. Dengan segala kesibukannya yang luar biasa, beliau masih bersedia mengajari saya, mengomentari status-status yang saya buat, menunjukkan kesalahannya sekaligus memberikan solusinya.
Tapi, sejujurnya, tanpa bermaksud ngeles atau membela diri, saya mengakui sebagian besar status-status yang saya tulis memang menggunakan bahasa ‘lisan’ yang ‘ditulis’. Tujuan saya adalah untuk menghindari agar status saya tidak terkesan seperti ‘berita’ yang bersifat ‘one way communication’ dan agar para pembaca merasa ‘ngobrol.’
Walau demikian, saya merasa amat amat tersanjung dan beruntung mempunya editor seperti beliau. 😀
Segala komentarnya membuat saya makin terpacu untuk belajar dan makin sadar betapa kemampuan Bahasa Indonesia saya harus ditingkatkan lagi. Untuk itulah saya sangat berharap semoga di Bali segera ada pelatihan penyuntingan seperti yang diadakan oleh HPI Pusat tempo hari yang dibawakan oleh Bapak Imam JP. Juga pelatihan ‘tertib berbahasa’ untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik, benar, efektif dan efisien.
Sebagai seorang penerjemah saya punya cita-cita menjadi ‘penerjemah scroll-down’ (meminjam istilah Mbak Rini Nurul Badariah). Penerjemah ‘scroll-down’ menurut Mbak Rini adalah penerjemah yang membuat sang editor hanya menekan tombol scroll-down sambil senyum-senyum simpul karena terjemahan sudah begitu bagusnya sehingga tak ada lagi yang perlu diubah. Bagi saya hal itu sungguh memberikan kepuasan batin yang tak terhingga. 😀
Semoga.
(Ssstt, mulai sekarang saya harus berhati-hati dan tidak boleh ‘ngasal’ menulis status di FB karena ada mata jeli editor yang mengawasi) 😉