Kala Hati Gundah…
Sore itu, saya rehat sejenak dan melepaskan diri sesaat dari terjemahan setelah berkutat dengan beberapa idiom. Untuk menyegarkan otak, saya melihat-lihat foto di FB dan berencana untuk mengatur lokasi beberapa foto agar rapi. Saya ingin memindahkan beberapa foto ke album yang sesuai dengan kategorinya.
Untuk cepatnya, karena malas mencoba-coba saya bertanya pada anak. Terjadilah percakapan sebagai berikut:
Saya : “Ajung, Ibu mau memindahkan beberapa foto ke album, bisa ‘kan?”
Anak: “Bisa. Emang sekarang foto-fotonya ada di mana?”
Saya: “Di wall. Gimana caranya?”
Anak: “Ibu masuk ke album mana yang diinginkan, trus klik ‘Edit’ di pojok kanan atas”
Saya: “Kok ngga mau, Jung?” (Setelah mencoba seperti yang dikatakan anak, tapi tidak berhasil, tidak ada ‘Edit’ yang saya cari.)
Ajung: “Pasti mau, Bu, Ajung sering kok mindahin foto dari satu album ke album lain.” (Sambil tetap asyik dengan PC-nya).
(Saya mencoba lagi, tapi tetap tidak ada perubahan)
Saya: “Ngga mau, Jung, nih coba lihat, mana menu ‘Edit’, ngga ada….” ((Saya mencoba lagi, tapi tetap tidak ada perubahan).
Anak: “Aduh, Ibu ini, masa sih ngga mau. Nih, lihat, punya Ajung mau nih.” (Suaranya mulai terdengar tidak sabar).
Saya: “Tapi di sini tidak mau.” (Saya tetap tidak beranjak dari depan laptop, dan mencoba lagi, dan gagal lagi.)
Anak: “Coba Ibu masuk dulu ke album tempat foto itu berada. Trus Ibu klik album itu.” (Masih tetap serius menatap PC-nya).
Saya: “Udah, Ibu udah masuk ke album nih.”
Anak: “Apa nama albumnya?”
Saya: “Photos of you.”
Anak: “Ibuuuuuuuu!!” (Tiba-tiba dia menjerit kesal)
Saya: “Kenapa?” (Heran!)
Anak: “Itu bukan albumnya Ibuuuu!”
Saya: “Tapi, di situ ada banyak foto-fotonya Ibu….”
Anak: (Wajahnya tampak gemes dan menatap saya seperti ingin mencakar-cakar saya) “Betul di situ ada banyak foto-fotonya Ibu, tapi itu kan bukan Ibu yang upload, emangnya Ibu yang buat album ‘Photos of you’ itu? Ibu cuma di-tag saja kan??”
Saya: “Ya, iya sih emang, tapi kan karena ada foto-fotonya Ibu, mestinya bisa dong dipindah ke album yang Ibu inginkan.”
Anak: “Ibuuuuu!!!” (Sekarang dia beralih dari PC, gemas tingkat dewa karena melihat saya yang belum juga mengerti. Tangannya mencakar-cakar rambutnya, kepalanya ditempelkan ke dinding, seolah-olah hendak dibenturkan). Saya masih memandangnya dengan pandangan tidak mengerti.
Anak: “Denger ya, Bu. Foto-foto itu adalah milik temen-temennya Ibu yang masing-masing tersimpan di album mereka. Mereka itu cuman nge-tag Ibu. Semacam memberi izin pada Ibu untuk melihat saja, tapi bukan berarti Ibu bisa ‘memiliki’ foto-foto itu.
Saya: (Masih bengong)
Anak: “Contohnya gini, ya, Bu, Ajung punya pensil dalam kotak pensil, trus kalau Ibu mau minjem, boleh, tapi Ibu ngga boleh nyimpen pensil itu di kotak pensilnya Ibu, karena itu milik Ajung, bukan milik Ibu!” (Sambil menatap saya dengan mimik wajah seperti hendak nangis, saking keselnya).
Sejenak kemudian saya sadar dengan ke-o’onan saya, dan meledaklah ketawa saya. Terpingkal-pingkal sampai tidak bisa bicara dan, tentu saja, sampai berlinang air mata :-D. Anak saya yang gemes tingkat setan (bukan dewa saja), juga ngakak sambil ‘nangis’ saking gemes bin kesel, sambil tetap membentur-benturkan kepalanya ke dinding (tentu saja hanya dibenturkan pelan-pelan). 😀
Waduh, kegundahan hati saya membuat daya pikir saya terganggu. Memang, kala itu saya sedang galau oleh rasa bersalah, karena tidak bisa menepati deadline. Sesuatu yang belum pernah terjadi. Saya juga sudah mengirim pesan menyampaikan permohonan maaf kepada editor karena keterlambatan ini, yang disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar di luar dugaan. Saya katakan dengan terus terang apa penyebab keterlambatan ini. Memang saya sudah mengirimkan pekerjaan saya sebagian, karena belum semua, tetap saja namanya terlambat.
Puji Tuhan, sang editor yang manis dan baik hati itu memakluminya dan membalas pesan saya dengan ramah.
“Mbak Desak… gpp, santai aja. saya kasih waktu tambahan 1 minggu ya, biar ngeditnya bisa lebih santai dan teliti. 🙂 ini saya sedang nangani buku yang lain juga kok.”
Oh, terima kasih, Anda sungguh baik hati. Udah baik, ramah, cantik pula. God bless you, always….
Walau demikian perasaan bersalah ini tidak bisa hilang begitu saja.