Desember Kelabu (Badai Pasti Berlalu)
Akhir tahun 2010 ini benar-benar penuh cobaan bagi saya. Di awal bulan Desember ini anak saya jatuh sakit, pas bersamaan dengan akhir semester saat pengambilan raport. Karena sakitnya, akhirnya raportnya belum bisa diambil. Dan seperti biasa kalau anak sakit, saya pasti tidak bisa meninggalkannya barang sekejap. Saat-saat sakitnya menjadi cukup berat bagi saya karena di bulan Desember ini ada beberapa Hari Raya Hindu antara lain Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan. Persiapan upacara adat untuk menyambut hari raya tersebut tidaklah sedikit. Di samping itu, saya sudah terlanjur menerima terjemahan dan saya minta waktu sesuai dengan kemampuan saya. Dan si klien pun telah menyetujuinya.
Karena sakitnya anak, pekerjaan sedikit terhambat, tetapi saya masih bisa mengatasinya. Lima hari kemudian anak saya sembuh, saya pun lega dan bisa melanjutkan kerja dengan tenang. Tetapi, malangnya, tiga hari kemudian suami saya yang sakit, panas tinggi. Maka, saya pun punya pasien baru. Merawat orang sakit bukanlah pekerjaan yang ringan. Di sela-sela waktu merawat “pasien” saya mencuri-curi waktu untuk melanjutkan menerjemahkan. Karena tenggat waktu makin mepet, saya memang bekerja agak “gila”, dan sering sampai subuh. Waktu tidur jadi terpangkas pendek.
Akhirnya selesai juga terjemahan saya. Rabu, 15 Desember, kondisi suami sudah membaik dan hampir pulih. Hasil terjemahan sudah saya kirim. Lega. Sekarang konsentrasi saya ke persiapan menyambut Hari Raya Kuningan tanggal 18 Desember. Saya punya waktu 3 hari untuk melanjutkan persiapan dalam rangka upacara adat untuk Hari Raya Kuningan tersebut.
Tapi apa yang terjadi? Pas sehari sebelum Hari Raya Kuningan, saya terkapar tidak berdaya. Tidak bisa bangun, panas tinggi sampai 41, tensi drop + plus vertigo. Lengkap sudah penderitaan saya. Selama seminggu ke depannya saya betul-betul bed rest.
Selama meringkuk di atas tempat tidur, saya sempat berkontemplasi. Introspeksi diri. Bagaimana saya memperlakukan tubuh saya selama ini, sehingga akhirnya si tubuh betul-betul protes. Dan saya telah berjanji pada diri sendiri, setelah sembuh, akan menjaga dan merawat kesehatan diri dengan lebih baik. Tidak hanya mengajaknya dan memaksanya bekerja mengejar dead line (mentang-mentang lagi seneng-senengnya menerjemahkan).